Translate

Wednesday, September 19, 2012

Yacinta Kurniasih



Renungan Agustus



Agustus tiba menyapa

Ada keheningan mengusik yang selalu datang bertandang ketika Juli usai

Kata langit diatas kepalaku

‘Apa artinya merdeka?

Apa artinya menjadi Indonesia?’



Kaki berhenti terhenyak sejenak

Menepuk kepala, mata dan telinga untuk tengadah ke atas dan menerawang



Kucoba kususuri tahun-tahun lama yang mengantar kita ada

Sebelum merah putih

Sebelum ada jati diri

Ketika tanah berpijak selalu berlari mengungsi

Ketika goni menjadi baju dan ketela tanpa rasa menjadi penyangga raga

Ketika untuk hidup sehari harus sembunyi dalam ratusan hari

Ada mesiu menyerbu

Ada meriam berdentam

Ada granat yang menyayat

Ada bambu runcing



Lalu lahirlah jiwa raga pemudi-pemuda

Dengan keberanian yang paling berani

Dengan darah yang membuncah

Dengan kematian yang beribu

Dengan kegigihan yang tanpa batas membawa kita ke tujuh belas Agustus seribu sembilan ratus empat puluh lima.



Agustus masih disini

Kaki masih terhenyak

Ada rasa bersalah

‘Mengapa dulu aku tak disana?’

Ada limpahan rasa syukur yang tak terukur

‘Bagaimana aku mengucapkan terima kasihku?’

Ada rasa berdosa karena tanya yang selalu ada

‘Sudah siapkah aku untuk menjadi merdeka?’



Diujung langit bintang kecil berkedip menggoda seakan bertanya

‘Apa yang terjadi jika seandainya tidak ada tujuh belas Agustus seribu sembilan ratus empat puluh lima?’



Kepalaku menggeleng dalam hening tanpa jawaban

Lalu kaki beranjak pergi membawa janji-janji untuk negeri

‘Harus kumulai dari diri sendiri

untuk mencintai pertiwi dengan apa yang kubisa.

Akan kucintai sesamaku dulu

Karena itulah artinya merdeka’



©Yacinta Kurniasih (Agusuts 2012)

No comments:

Post a Comment